1. Latar Belakang
Matematika
adalah ilmu dasar yang wajib dipelajari oleh semua siswa dari tingkat SD sampai
tingkat SMA bahkan juga di perguruan tinggi, seperti kita ketahui dalam
kehidupan sehari-hari. Matematika memegang peranan penting karena matematika
tidak hanya diterapkan pada saat belajar matematika itu sendiri tetapi
matematika diterapkan juga pada bidang ilmu pengetahuan yang lain, seperti :
kimia, fisika, biologi, ekonomi, dan lain-lain.
Salah satu pendekatan yang mampu mengaitkan materi pembelajaran dengan
konteks siswa adalah pendekatan Contextual Teaching Learning. Melalui pendekatan ini pembelajaran
menjadi lebih efektif dan bermakna, dimana pembelajaran akan mengukur kemampuan
pemahaman konsep dan Self-Esteem
siswa.
Menurut Widodo (dalam http://wyw1d.wordpress.com/2009/10/14/model-pembelajaran-yang-efektif/
“Pendekatan kontektual(Contextual Teaching Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.
Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi
pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.”
Dari pendapat tersebut peneliti menyimpulkan
bahwa pembelajaran Contextual Teaching Learning adalah
suatu konsep pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa
secara penuh terhadap kemampuan pemahaman siswa dengan materi yang akan mereka
pelajari dalam situasi kehidupan mereka sehari-hari.
Berdasarkan uraian diatas maka
peneliti tertarik untuk melakasanakan
penelitian dengan judul “Pengaruh
Pendekatan Contextual
Teaching Learning Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep dan Self-Esteem Siswa SMP N 15 Palembang”.
2 Masalah Penelitian
2.1 Rumusan Masalah
Arikunto
(2002:27) mengemukakan bahwa “Masalah adalah
problematika yang merupakan bagian pokok dari penelitian yang merupakan
pernyataan yang akan dicari jawabannya. “Dari paparan diatas permasalahan dalam
penelitian adalah :
- “Apakah Ada Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching Learning Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa SMP N 15 Palembang?”
- “Apakah Ada Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching Learning Terhadap Self-Esteem Siswa SMP N 15 Palembang?”
2.2 Pembatasan Masalah
Agar
penulis ini lebih terarah dalam pelaksanaannya, maka perlu adanya pembatasan
masalah. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :
- Pengaruh dalam penelitian ini dilihat dari Perbandingan yang diajarkan dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching Learning terhadap Kemampuan pemahaman konsep dan Self-esteem dengan yang tidak menggunakan pendekatan Contextual Teaching Learning tersebut.
- Objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII Semester Ganjil SMPN 15 Palembang tahun pelajaran 2011/2012,dengan VIII2 sebagai kelas eksperimen dan VIII3 sebagai kelas control.
- Materi pelajaran dalam penelitian ini adalah kesebangunan.
3. Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan dari penelitian adalah
- Untuk mengetahui ada atau tidak ada pengaruh positif pendekatan Contextual Teaching Learning terhadap kemampuan pemahaman konsep siswa SMP N 15 Palembang.
- Untuk mengetahui ada atau tidak ada pengaruh positif pendekatan Contextual Teaching Learning terhadap Self-esteem siswa SMP N 15 Palembang.
4. Manfaat Penelitian
Adapun
manfaat dari penelitian adalah :
- Bagi Guru, Khususnya matematika, penelitian ini diharapkan dapat menjadikan informasi dan bahan masukan dan pertimbangan bagi guru Matematika bahwa faktor sikap percaya diri perlu mendapat perhatian sehingga dapat lebih meningkatkan pengatahuan dan hasil belajar siswa
- Bagi Sekolah Merupakan bahan masukan dalam upaya meningkatkan kualitas belajar mengajar dalam mata pelajaran matematika.
- Bagi Siswa yaitu menanamkan Pemahaman dan tanggung jawab dalam mendisiplinkan dirinya dan mengembangkan kemampuan belajar.
5.
Tinjauan Pustaka
5.1
Kajian Literatur
5.1.1 Pengertian
Pendekatan Contextual Teaching Learning
Menurut Kasbolah (dikutip
Syafiruddin dalam http://www.syafir.com/
2011/11/20/pendekatan-pembelajaran-kontekstual “Contextual Teaching Learning (CTL) adalah pendekatan proses belajar
mengajar dalam rangka mencari produktifitas pembelajaran. Standarisasi
kurikulum sebagai acuan atau rambu-rambu pembelajaran harus dukembangkan dengan
strategi belajar yang baik artinya Contextual Teaching Learning senantiasa berkembang mengikuti trend sistem pendidikan. Pendekatan
Contextual Teaching Learning adalah pendekatan
pembelajaran yang memiliki tujuh (7) komponen yaitu : (1) Constructivism, (2) Questioning,
(3) Inquiry (4) Learning Community (5) Modelling
(6) Reflection dan Authentic Assessment.”
Contextual
Teaching Learning juga sama diungkapkan oleh Nuhadi(dalam Rusman,2010:190)
Pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang dapat membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dari
beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Contextual
Teaching Learning adalah suatu konsep pembelajaran yang menekankan kepada
proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari
dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan mereka sehari-hari sebagai
anggota dan masyarakat.
5.1.2 Langkah-Langkah Contextual Teaching and Learning
Menurut Rusman
(2010:192) secara garis besar
langkah-langkah penerapan Contextual Teaching Learning dalam kelas sebagai berikut:
1. Mengembangkan
pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna.
2. Melaksanakan
sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk
semua topik yang diajarkan.
3. Mengembangkan
sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan.
4. Menciptakan
masyarakat belajar,seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi,Tanya jawab,dan
lain sebagainya.
5. Menghadirkan
model sebagai contoh pembelajaran,bias melalui ilustrasi,model,bahkan media
sebenarnya.
6. Membiasakan
anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan.
7. Melakukan
penilaian secara objektif,yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap
siswa.
5.1.3 Kelebihan dan Kelemahan Contextual Teaching Learning
Kelebihan dari Contextual
Teaching Learning adalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut
untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan
kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan
materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu
akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan
tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.
2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep
kepada siswa karena metode pembelajaran Contextual Teaching Learning
menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan
pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa
diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
Kelemahan Contextual Teaching Learning:
1. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam Contextual
Teaching Learning,guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi.
Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk
menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang
sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan
dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya.
Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang
memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat
belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan
sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam
konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra
terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan
semula (dalam http://sheiajrina. wordpress.com/2011/11/19/pembelajaran-kontekstual-contextual-teaching-and-learning-ctl/).
5.1.4 Pendekatan
Konvensional
Menurut Endro (dalam http://www.wordpress.com/2007/08/01) ’’Selama
ini metode pengajaran yang diberikan seorang guru masih menggunakan pendekatan
konvensional dengan metode pengajaran repetisi atau pengulangan.
Metode ini alhasil menyebabkan pendidikan dan penguasaan materi yang diajarkan
kurang maksimal dan siswa juga kurang bisa berfikir kritis.Otak siswa diminta
untuk menghafal tetapi bukan menganalisis secara kritis.
Menurut Marjohan (dalam http://groups.yahoo.com/group/pakguruonline
/message/3495) sistem pengajaran yang diterapkan oleh guru kepada murid
baru sampai pada taraf memberi bekal pengetahuan dan keterampilan sebatas
sekedar tahu saja. Belum sampai kepada meletakan nilai-nilai wawasan sosial dan
kemanusiaan, serta penguasaan bekal hidup yang praktis atau mungkin karena
sistem pendidikan yang diterapkan oleh guru kepada murid bersifat
mengulang-ulang dan tidak ada, atau kurang, kreasi dalam mengembangkan
pelajaran dan seni mengajarnya.
Ciri-ciri sistem pengajaran kuno atau konvensional sangat terlihat
jelas dalam interaksi guru-murid di sekolah. Diantaranya adalah pendekatan
yang masih bersifat otoriter, yaitu bersifat menguasai.
Jadi, dapat
disimpulkan bahwa metode atau pembelajaran
konvensional adalah metode dimana cara mengajar guru dalam melakukan penyaluran pengetahuan hanya menerangkan serta lebih mengutamakan
hapalan daripada pengertian dan siswa mendengarkan atau mencatat apa yang
disampaikan guru.Akibatnya,ilmu tidak terserap dengan maksimal dan siswa tidak
aktif.
5.1.5
Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Konvensional
Kelebihan pendekatan konvensional
atau tradisional menempatkan siswa hanya sebagai penerima. “Kemudian terjadi
pembelajaran dengan subyek aktif.
Sedangkan, kekurangan pendekatan konvensional pada
konteks pengetahuan, ilmu yang diberikan juga bersifat sudah baku. “Biasanya
dituangkan dalam buku teks dan materinya hanya itu-itu saja. Metode
pengajarannya hanya seputar listening atau mendengarkan, mencatat
dan menghafal teks. Pada saat assessment atau penilaian biasanya
hanya melalui ujian dengan soal pilihan ganda. Oleh karenanya, siswa tidak
memiliki kebebasaan untuk menuangkan pikirannya terkait soal yang diberikan. Serta
tidak ada metode penilaian yang lain”.
5.1.6 Pengertian Pemahaman Konsep
Pemahaman
konsep merupakan kompetensi yang ditujukan siswa dalam memahami konsep dan
dalam melakukan prosedur secara lues, akurat, efisien dan tepat.
Menurut Asikin(dalam http://muhfida.com/pemahaman-konsep/)
” Pemah man terhadap konsep dan struktur suatu materi menjadikan materi itu
dipahami secara lebih komprehensif lain dari itu peserta didik lebih mudah
mengingat materi itu apabila yang dipelajari merupakan pola yang berstruktur.
Dengan memahami konsep dan struktur akan mempermudah terjadinya transfer.
Dengan kata lain pemahaman konsep yaitu memahami sesuatu kemampuan mengerti,
mengubah informasi ke dalam bentuk yang bermakna.”
Berdasarkan dari
pengertian yang diperoleh diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa konsep
adalah pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok objek berdasarkan
kesamaan ciri-ciri umum.
5.1.7 Indikator Pemahaman Konsep
Pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap konsep
matematika menurut (National Council of
teacher of Mathematics) NCTM (dalam http://file.upi.edu) dapat dilihat dari
kemampuan siswa dalam: (1) Mendefinisikan konsep secara verbal dan
tulisan; (2) Mengidentifikasi dan membuat contoh dan bukan contoh; (3)
Menggunakan model, diagram dan simbol-simbol untuk merepresentasikan suatu
konsep; (4) Mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk lainnya; (5) Mengenal
berbagai makna dan interpretasi konsep; (6) Mengidentifikasi sifat-sifat suatu
konsep dan mengenal syarat yang menentukan suatu konsep; (7) Membandingkan dan
membedakan konsep-konsep.
Adapun Indikator yang menunjukkan pemahaman konsep
adalah :
- Menyatakan ulang pemahaman konsep.
- Mengklasifikasi objek-objek menurut sikap tertentu (sesuai dengan konsepnya).
- Memberikan contoh dan non contoh dari konsep.
- Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika.
- Mengembangkan syarat perlu/ syarat cukup suatu konsep.
- Menggunakan, memanfaatkan dan memiliki prosedur atau operasi tertentu.
- Mengaplikasikan konsep (Algoritma Pemecahan Masalah).
5.1.8 Langkah-langkah model pembelajaran perolehan konsep
Menurut Hudojo
(dalam http://muhfida.com/pemahaman-konsep/)
langkah-langkah dalam menanamkan suatu konsep matematika berdasarkan
penggabungan beberapa teori belajar Bruner antara lain teori konstruksi, teori
notasi, teori kekontrasan dan variasi serta teori konektivitas adalah sebagai
berikut:
- Pengajar memberikan pengalaman belajar berupa contoh-contoh yang berhubungan dengan suatu konsep matematika dari berbagai bentuk yang sesuai dengan struktur kognitif peserta didik.
- Peserta didik diberikan dua atau tiga contoh lagi dengan bentuk pertanyaan.
- Peserta didik diminta memberikan contoh-contoh sendiri tentang suatu konsep sehingga dapat diketahui apakah peserta didik sudah mengetahui dan memahami konsep tersebut.
- Peserta didik mencoba mendefinisikan konsep tersebut dengan bahasanya sendiri.
- Peserta didik diberikan lagi contoh mengenai konsep dan bukan konsep.
- Peserta didik diberikan drill untuk memperkuat konsep tersebut.
5.1.9
Pengertian Self-Esteem
Istilah self-esteem diartikan
pula sebagai kepercayaan diri atau keyakinan diri. Self-esteem berkaitan
dengan perasaan bahwa kita pantas, layak, berharga, mampu dan berguna, tak
peduli apapun yang telah terjadi dalam hidup kita, apa yang sedang terjadi atau
apa yang bakal terjadi.
Kamus Inggris-Indonesia yang di
tulis oleh John M. Echols dan Hassan Shadily mengartikan kata “ Self “ sebagai diri dan “ Esteem “ sebagai penghargaan. Bila kedua
kata ini di gabungkan akan mempunyai arti penghargaan diri, jadi sesungguhnya self-esteem ini adalah bagaimana kita menghargai diri kita sendiri.
Stuart
dan Sundeen (1991) (dalam http://belajarpsikologi.com/pengertian-harga-diri/)
mengatakan bahwa harga
diri (self esteem) adalah penilaian individu terhadap
hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal
dirinya. Dapat diartikan bahwa harga
diri menggambarkan sejauhmana individu tersebut
menilai dirinya sebagai orang yang memeiliki kemampuan, keberartian, berharga,
dan kompeten.
Akhmad
Sudrajad mengatakan bahwa pentingnya pemenuhan kebutuhan harga diri individu,
khususnya pada kalangan remaja, terkait erat dengan dampak negatif jika mereka
tidak memiliki harga diri yang mantap. Mereka akan mengalami kesulitan dalam
menampilkan perilaku sosialnya, merasa inferior dan canggung. Namun apabila
kebutuhan harga diri mereka dapat terpenuhi secara memadai, kemungkinan mereka
akan memperoleh sukses dalam menampilkan perilaku sosialnya, tampil dengan
kayakinan diri (self-confidence) dan merasa memiliki nilai dalam
lingkungan sosialnya (dalam http//belajarpsikologi
.com/faktor-yang-mempengaruhi-harga-diri/).
5.2.0
Aspek-Aspek Self-Esteem
Reasoner (1982) (dalam http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSI
KOL OGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/196211121986102-SETIAWATI/SELF-ESTEEM.pdf
mengemukakan aspek-aspek harga diri sebagai berikut :
1) Sense of Securuty, yaitu sejauh mana anak merasa aman dalam
bertingkah laku karena mengetahui apa yang diharapkan oleh orang lain dan tidak
takut disalahkan. Anak merasa yakin atas apa yang dilakukannya sehingga merasa
tidak cemas terhadap apa yang akan terjadi pada dirinya.
2)Sense of Identity, yaitu kesadaran anak
tentang sejauh mana potensi,kemampuan dan keberartian tentang dirinya sendiri.
3)Sense of Belongeng, yaitu perasaan
yang muncul karena anak merasa sebagai bagian dari kelompoknya, merasa dirinya
penting dan dibutuhkan oleh orang lain, dan merasa dirinya dierima oleh
kelompoknya
4)Sense of Purpose, yaitu keyakinan
individu bahwa dirinya akan berhasil mencapai tujuan yang diinginkannya, merasa
memiliki motivasi.
5)Sense of Personal Competence, yaitu kesadaran
individu bahwa dia dapat mengatasi segala tantangan dan masalah yang dihadapi
dengan kemampuan, usaha, serta caranya sendiri.
5.2.1 Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan self-esteem
Menurut Admin (dalam
http://belajarpsikologi.com/faktor-yang-mempe ngaruhi-harga-diri/) “Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi
penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang
berulang kali, kurang mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada
orang lain dan ideal diri yag tidak realistis. Sedangkan menurut Dariuszky
(2004) yang menghambat perkembangan harga
diri adalah : Perasaan takut , yaitu kekhawatiran atau ketakutan (fear).”
Dengan
demikian tindakan-tindakannya menjadi tidak adekuat sebab diarahkan untuk
kekurangan dirinya. Keadaan ini lama kelamaan tidak dapat dipertahankan lagi,
yang akhirnya akan menimbulkan kecemasan, sehingga jelaslah bahwa keadaan ini
akan berpengaruh pada perkembangan
harga dirinya.
5.2 Kajian Terdahulu yang Relevan
Penelitian-penelitian yang
sudah dilakukan oleh Sari Pasti Aini (2009) dengan judul “Penerapan Pembelajaran Kontekstual untuk
Mengatasi Miskonsepsi Siswa Terhadap Mata Pelajaran Matematika di SMP Negeri 18
Palembang” penerapan pembelajaran
kontekstual baik dan efektif dalam pembelajaran matematika.
Penelitian juga dilakukan Suis
(2010) dengan judul “Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Contextual Teaching Learning Pada Materi
Persamaan dan Pertidaksamaan Linier Satu Variabel di SMP N 1 Banyuasin 1” bahwa setelah dilakukan
pembelajaran dengan Contextual Teaching Learning,hasil belajar siswa
meningkat dengan rata-rata 80,74%.
6. Anggapan Dasar
Menurut Prof.Dr.Winarno Surakhmad M.Sc.Ed
(Arikunto,2002:58) anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang
kebenarannya diterima oleh penyelidik.
Dalam
penelitian ini yang menjadi anggapan
dasar adalah Pendekatan Contextual Teaching Learning terhadap
kemampuan pemahaman konsep dan self-Esteem untuk melatih siswa menemukan sesuatu dan memecahkan masalah yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh terhadap kemampuan
pemahaman siswa dan sikap siswa terhadap matematika.
7. Hipotesis
“Hipotesis
adalah Asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan
hal itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya”(Sudjana, 2005 : 219). Bertitik tolak dari pengertian hipotesis,
maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut :
- “Ada pengaruh positif pendekatan Contextual Teaching Learning Terhadap kemampuan pemahaman konsep siswa SMP N 15 Palembang.
- “Ada pengaruh positif pendekatan Contextual Teaching Learning Terhadap Self-Esteem siswa SMP N 15 Palembang.
8 Kriteria Pengujian Hipotesis
Untuk pengujian maka diperlukan Hipotesis nol (Ho) dan
Hipotesis alternatif (Ha) Sebagai Berikut :
Untuk
hipotesis pertama :
: Tidak ada pengaruh positif pendekatan Contextual
Teaching Learning terhadap kemampuan pema haman konsep siswa
SMP N 15 Palembang.
: Ada pengaruh positif pendekatan Contextual
TeachingLearning terhadap kemampuan pema haman konsep siswa SMP N 15 Palembang.
Untuk hipotesis kedua :
: Tidak ada pengaruh positif pendekatan Contextual
Teaching Learning terhadap Self Esteem siswa SMP N 15 Palembang.
: Ada pengaruh positif pendekatan Contextual
Teaching Lear ning terhadap Self Esteem siswaSMP N 15 Palembang.
Pengujian yang digunakan adalah uji pihak
kanan. Kriteria pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah terima Ho jika t ≤ t1 - dan tolak Ho jika t mempunyai harga – harga lain.
Dengan derajat kebebasan untuk daftar distribusi t adalah ( n1 + n2 – 2 )
dengan peluang ( 1 - ). (Sudjana, 2005: 243).
9. Prosedur Penelitian
9.1
Variabel Penelitian
“Variabel adalah objek penelitan, atau apa
yang menjadi titik perhatian suatu penelitian ” (Arikunto, 2002:96).Sesuai dengan pengertian di atas, maka yang menjadi titik perhatian dalam
penelitian ini adalah :
- Variabel bebas adalah suatu variabel yang variasinya mempengaruhi variabel lain.
Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah Pendekatan Contextual Teaching
Learning dan Pendekatan Konvensional.
- Variabel terikat adalah suatu variabel penelitian yang diukur untuk mengetahui besarnya efek atau pengaruh variabel lain.
Variabel
terikat dalam penelitian adalah Kemampuan pemahaman konsep dan Self-Esteem siswa.
9.2. Definisi
Operasional Variabel
1.
Pendekatan Contextual Teaching Learning Menerapkan
penilaian autentik melalui penerapan praktis dalam pemecahan masalah. Sedangkan
Pendekatan Konvensional Penilaian hanya melalui kegiatan akademik berupa
ujian/ulangan.
2.
Kemampuan Pemahaman
Konsep diamati menggunakan Tes Pemahaman Konsep. Sedangkan Self-Esteem didapat melalui lembar
observasi atau dapat diamati melalui lembar angket siswa.
9.3 Populasi dan Sampel
9.3.1 Populasi Penelitian
“Populasi adalah keseluruhan objek penelitian ”(Arikunto,2002:108),
sedangkan (Sudijono,2010:28) “Populasi adalah kumpulan dari seluruh elemen yang
menjadi objek penelitian,tanpa perkecualian.”
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII.2 dan VIII.3
SMP Negeri 15 Palembang Tahun Pelajaran
2011/ 2012.
9.3.2 Sampel Penelitian
“Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti”
(Arikunto, 2002:109). Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik simpel
ramdom sampling (sampel acak). Maka diambil dua kelas sebagai sampel yaitu :
kelas VIII.2 (kelas eksperimen) dan kelas VIII.3 (kelas kontrol).
9.4. Metode Penelitian
“Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya” (Arikunto, 2002:136).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode eksperimen. “Metode eksperimen adalah suatu cara untuk mencari
hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja
ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan
faktor-faktor lain yang bisa mengganggu dan dilakukan untuk melihat akibat dari
suatu perlakuan ” (Arikunto, 2002:3).
Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan dua kelas berbeda yaitu kelas VIII.2
sebagai kelas eksperimen atau pelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching Learning dan kelas
VIII.3 sebagai kelas kontrol atau pembelajaran konvensional di SMP N 15
Palembang.
9.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik Tes dan Angket.
9.5.1 Tes
“Tes adaah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan,pengetahuan intelegensi,kemampuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok” (Arikunto,2002:127).
Tes dilakukan untuk
memperoleh data nilai dari hasil belajar siswa. pengumpulan data nilai dari
hasil belajar siswa digunakan tes bentuk uraian untuk mengukur kemampuan
pemahaman konsep siswa.
9.5.2 Angket
Angket adalah suatu alat
pengumpul data berupa pertanyaan yang diajukan responden untuk mendapat jawaban
(Depdikbud : 1975).
Angket yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan Skala Likert untuk mengukur Self Esteem siswa.
9.6 Teknik Uji Coba
Instrument
9.6.1 Validitas
Validitas adalah kevalidan sebuah
alat evaluasi yang mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Cara yang
dipakai untuk mencari koefisien validitas adalah dengan menggunakan rumus
korelasi produk-moment memakai angka kasar (raw score), dengan rumus:
(Erman, 2003: 113)
Kriterianya:
9.6.2 Reliabilitas
“Reliabilitas adalah suatu
ketetapan hasil tes atau dengan kata lain hasil tes tetap,tidak berubah-ubah
dan dapat dipercaya”(Arikunto,2011:86).
Reliabilitas suatu alat ukur/alat evaluasi
dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama
(konsisten,ajeg). Hasil pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika
pengukurannya diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang
yang berbeda, waktu yang berbeda dan tempat yang berbeda pula.Reliabilitas soal Uraian Rumus yang
digunakan adalah Rumus Cronbach Alfa :
(Erman, 2003: 113)
Keterangan:
n = Banyaknya butir soal
= Jumlah Varians Setiap item
St2
= Varians skor total
Dengan N = Banyaknya Peserta Tes
Selanjutnya hasil
tersebut diuji dengan uji t. Menentukan t hitung dengan mensubsitusikan
ke Rumus
Menentukan
signifikasi koefisien reliabilitas soal, criteria yang harus dipenuhi agar
koefisien reliabilitas soal termasuk signifikasi jika t hit > t tab,
Dengan :
Untuk dk= N-2 dan taraf nyata 1 %
Kriterianya:
9.6.3 Daya Pembeda
Daya pembeda dari sebutir
soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal mampu membedakan antara
testi yang mengetahui jawaban dengan benar dengan testi yang tidak menjawab
soal (testi menjawab salah).
Langkah-langkah untuk
mengetahui Daya Pembeda
1. Urutkan skor siswa dari
yang tertinggi hingga terendah.
2. Ambil
sebanyak 27 % siswa yang skor tinggi, dan 27 % siswa yang skor rendah.
Skor tinggi namanya kelompok atas.
Skor rendah namanya kelompok bawah.
3. Menghitung nilai rataan masing-masing
kelompok untuk masing-masing butir soal.
4. Menghitung daya pembeda
setiap butir soal dengan rumus :
(Depdiknas : 2003)
Dengan DP = Daya Pembeda
= Nilai rataan Kelompok atas
= Nilai Rataan Kelompok Bawah
Xm = Nilai maksimum Setiap butir Soal
Dengan Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda
:
Sangat Jelek
Jelek
Cukup
Baik
Sangat Baik
9.6.4 Tingkat Kesukaran
Tingkat Kesukaran butir soal
menunjukkan sukar atau mudahnya butir soal yang digunakan. (Depdiknas : 2003).
Tahap-tahap perhitungannya adalah sebagai berikut:
1. Menentukan nilai rataan setiap butir soal.
2. Menghitung tingkat kesukaran dengan rumus :
(Depdiknas
: 2003)
Dengan
= Nilai
rata-rata
Xm = Nilai Maksimum Setiap butir Soal.
Dengan Klasifikasi interpretasi untuk Tingkat
Kesukaran :
Soal terlalu sukar
Soal Sukar
Soal Sedang
Soal Mudah
Soal
terlalu mudah.
9.7 Teknik Analisis Data
Untuk menguji hipotesis yang telah
dirumuskan dan untuk mendapatkan suatu kesimpulan maka hasil tes dianalisis
dengan menggunakan uji t dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Menyusun data dalam tabel
distribusi frekuensi
a. Menyusun rentang yaitu data terbesar – data terkecil
b. Menentukan banyaknya kelasdengan aturan
sturgess, yaitu :
Banyaknya kelas = 1 + 3,3 log n, dengan n= banyaknya data
c. Menentukan panjang kelas interval (P)
dengan rumus :
P =
(Sudjana,2005:47)
d. Menentukan tabel distribusi frekuensi
2.
menghitung
rata – rata simpangan baku dengan rumus :
Keterangan
= Nilai
rata – rata hasil tes
f =
frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas interval
= Nilai
varian
= Tanda kelas interval
n = Besarnya nilai
9.7.1. Uji Normalitas Data.
Keterangan
:
Km = Kemiringan kurva
= Modus
= Rata - rata
S = Standar deviasi
b = Batas bawah kelas, yaitu kelas
interval dengan frekuensi terbanyak
p = Panjang kelasdengan
= Frekuensi kelas modal dikurangi
frekuensi kelas interval dengan
tanda kelas
yang lebih kecil sebelum tanda kelas modal
= Frekuensi kelas modal dikurangi
frekuensi kelas interval dengan
tanda kelas yang lebih besar sebelum tanda kelas modal
Data dikatakan normal apabila harga kemencengan
antara -1 dan +1 (-1
9.7.2. Uji Homogenitas
Uji ini digunakan
untuk melakukan pengujian kesamaan dua varian yang homogen atau tidak homogen.
Keterangan :
9.7.3. Uji Hipotesis
Untuk menguji
hipotesis data digunakan uji-t dengan taraf signifikan 5 % dan taraf
kepercayaan 95 % maka digunakan persamaan rumus sebagai berikut :
dengan
Keterangan:
t = Perbedaan rata-rata kedua sampel
= Nilai rata-rata hitung kelas eksperimen
= Nilai rata-rata hitung kelas control
= Banyaknya data kelas eksperimen
= Banyaknya data kelas kontrol
= Simpangan baku
kelas eksperimen (siswa yang diajar dengan pendekatan Contextual Teaching Learning)
= Simpangan
baku kelas control (siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional)
9.8
Jadwal Kerja
TEKNIK ANALISIS DATA
Jadwal Kerja Pembuatan Proposal
|
Bulan
I
|
Bulan
II
|
Bulan
III
|
||||||||||||
a. Studi Literatur
b. Prosedur Penelitian
|
|||||||||||||||
Seminar Proposal
|
|||||||||||||||
Perbaikan Proposal
|
|||||||||||||||
Pembuatan Instrumen Penelitian
|
|||||||||||||||
Uji Coba Instrumen
|
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,Suharsimi.2002.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek (Edisi Revisi V). Jakarta: Rineka Cipta.
------------------------.2011.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).
Jakarta:Bumi Aksara
Admin.2010.http://belajarpsikologi.com/faktor-yang-mempengaruhi-harga-diri.
Diakses 27 Maret 2012
Djamarah.1996. (download dari NCTM 2000), diakses 25 Maret 2012.
Endro.2007.http://www.wordpress.com/2007/08/01.
Diakses 27 Maret 2012
Erman.2003.Evaluasi Pembelajaran Matematika.Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia
Hudojo.2003. http://muhfida.com/pemahaman-konsep/.
Diakses 3 April 2012
Marjohan. http://groups.yahoo.com/group/pakguruonline
/message/3495. Diakses 27 Maret 2012
Rusman.2010.
Model-Model Pembelajaran(Mengembangkan
Profesionalisme Guru).Bandung:Rajawali Pers
Setiawati.2010.http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN _BIMBINGAN/196211121986102-SETIAWATI/SELF
ESTEEM.Diakses 27 Maret 2012
Sheila.2011.http://sheilajrina.wordpress.com/2011/11/19/pembelajarankontekstual-contextual-teaching-and-learning-ctl/.Diakses
3 April 2012
Syafiruddin.2011.http://www.syafir.com/2011/11/20/pendekatan-pembelajaran-kontekstual
.Diakses 4 April 2012
Sudijono.2010.Pengantar Statistik Pendidikan.Jakarta:Rajawali Pers
Sudjana. 2005. Metode
Statistik. Bandung: Tarsito
Tim Penyusun.2011. Pedoman Penulisan Skripsi. Palembang: Universitas PGRI
Widodo.2009.http://wyw1d.wordpress.com/2009/10/14/model-pembelajaran-yang-efektif/
. Diakses 4 April 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar