Rabu, 04 April 2012

PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN SELF-ESTEEM SISWA SMP NEGERI 15 PALEMBANG







1. Latar Belakang
            Matematika adalah ilmu dasar yang wajib dipelajari oleh semua siswa dari tingkat SD sampai tingkat SMA bahkan juga di perguruan tinggi, seperti kita ketahui dalam kehidupan sehari-hari. Matematika memegang peranan penting karena matematika tidak hanya diterapkan pada saat belajar matematika itu sendiri tetapi matematika diterapkan juga pada bidang ilmu pengetahuan yang lain, seperti : kimia, fisika, biologi, ekonomi, dan lain-lain.
Salah satu pendekatan yang mampu mengaitkan materi pembelajaran dengan konteks siswa adalah pendekatan Contextual Teaching Learning. Melalui pendekatan ini pembelajaran menjadi lebih efektif dan bermakna, dimana pembelajaran akan mengukur kemampuan pemahaman konsep dan Self-Esteem siswa.
Menurut Widodo (dalam http://wyw1d.wordpress.com/2009/10/14/model-pembelajaran-yang-efektif/ “Pendekatan kontektual(Contextual Teaching Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.”
Dari pendapat tersebut peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran Contextual Teaching Learning adalah suatu konsep pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh terhadap kemampuan pemahaman siswa dengan materi yang akan mereka pelajari dalam situasi kehidupan mereka sehari-hari.
            Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakasanakan penelitian dengan judul “Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching Learning Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep dan Self-Esteem Siswa SMP N 15 Palembang”.

2 Masalah Penelitian
2.1 Rumusan Masalah
            Arikunto (2002:27) mengemukakan bahwa “Masalah adalah problematika yang merupakan bagian pokok dari penelitian yang merupakan pernyataan yang akan dicari jawabannya. “Dari paparan diatas permasalahan dalam penelitian adalah :
  1. “Apakah Ada Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching Learning Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa SMP N 15 Palembang?”
  2. “Apakah Ada Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching Learning Terhadap Self-Esteem Siswa SMP N 15 Palembang?”
2.2 Pembatasan Masalah
            Agar penulis ini lebih terarah dalam pelaksanaannya, maka perlu adanya pembatasan masalah. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :
  1. Pengaruh dalam penelitian ini dilihat dari Perbandingan yang diajarkan  dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching Learning terhadap Kemampuan pemahaman konsep dan Self-esteem dengan yang tidak menggunakan pendekatan Contextual Teaching Learning tersebut.
  2. Objek  dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII Semester Ganjil SMPN 15 Palembang tahun pelajaran 2011/2012,dengan VIII2 sebagai kelas eksperimen dan VIII3 sebagai kelas control.
  3. Materi pelajaran dalam penelitian ini adalah kesebangunan.

3. Tujuan Penelitian
            Adapun tujuan dari penelitian adalah
  1. Untuk mengetahui ada atau tidak ada  pengaruh positif pendekatan Contextual Teaching Learning terhadap kemampuan pemahaman konsep siswa SMP N 15 Palembang.
  2. Untuk mengetahui ada atau tidak ada  pengaruh positif pendekatan Contextual Teaching Learning terhadap Self-esteem siswa SMP N 15 Palembang.

4. Manfaat Penelitian
            Adapun manfaat dari penelitian adalah :
  1. Bagi Guru, Khususnya matematika, penelitian ini diharapkan dapat menjadikan  informasi dan bahan masukan dan pertimbangan bagi guru Matematika bahwa faktor sikap percaya diri perlu mendapat perhatian sehingga dapat lebih meningkatkan pengatahuan dan hasil belajar siswa
  2. Bagi Sekolah Merupakan bahan masukan dalam upaya meningkatkan kualitas belajar mengajar dalam mata pelajaran matematika.
  3. Bagi Siswa yaitu  menanamkan Pemahaman dan tanggung jawab dalam mendisiplinkan dirinya dan mengembangkan kemampuan belajar.

5. Tinjauan Pustaka
5.1  Kajian Literatur
5.1.1 Pengertian Pendekatan Contextual Teaching Learning
            Menurut Kasbolah (dikutip Syafiruddin dalam http://www.syafir.com/ 2011/11/20/pendekatan-pembelajaran-kontekstualContextual Teaching Learning (CTL) adalah pendekatan proses belajar mengajar dalam rangka mencari produktifitas pembelajaran. Standarisasi kurikulum sebagai acuan atau rambu-rambu pembelajaran harus dukembangkan dengan strategi belajar yang baik artinya Contextual Teaching Learning senantiasa berkembang mengikuti trend sistem pendidikan. Pendekatan Contextual Teaching Learning adalah pendekatan pembelajaran yang memiliki tujuh (7) komponen yaitu : (1) Constructivism, (2) Questioning, (3) Inquiry (4) Learning Community (5) Modelling (6) Reflection dan Authentic Assessment.”
Contextual Teaching Learning juga sama diungkapkan oleh Nuhadi(dalam Rusman,2010:190) Pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Contextual Teaching Learning adalah suatu konsep pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan mereka sehari-hari sebagai anggota dan masyarakat.
5.1.2    Langkah-Langkah Contextual Teaching and Learning
Menurut Rusman (2010:192) secara garis besar langkah-langkah penerapan Contextual Teaching Learning dalam kelas sebagai berikut:
1.      Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna.
2.      Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan.
3.      Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan.
4.      Menciptakan masyarakat belajar,seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi,Tanya jawab,dan lain sebagainya.
5.      Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran,bias melalui ilustrasi,model,bahkan media sebenarnya.
6.      Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
7.      Melakukan penilaian secara objektif,yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.

5.1.3  Kelebihan dan Kelemahan Contextual Teaching Learning
Kelebihan dari Contextual Teaching Learning adalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.
2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran Contextual Teaching Learning menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
Kelemahan Contextual Teaching Learning:
1. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam Contextual Teaching Learning,guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula (dalam http://sheiajrina. wordpress.com/2011/11/19/pembelajaran-kontekstual-contextual-teaching-and-learning-ctl/).
5.1.4  Pendekatan Konvensional
Menurut Endro (dalam http://www.wordpress.com/2007/08/01) ’’Selama ini metode pengajaran yang diberikan seorang guru masih menggunakan pendekatan konvensional dengan metode pengajaran repetisi atau  pengulangan. Metode ini alhasil menyebabkan pendidikan dan penguasaan materi yang diajarkan kurang maksimal dan siswa juga kurang bisa berfikir kritis.Otak siswa diminta untuk menghafal tetapi bukan menganalisis secara kritis.
Menurut Marjohan (dalam http://groups.yahoo.com/group/pakguruonline /message/3495) sistem pengajaran yang diterapkan oleh guru kepada murid baru sampai pada taraf memberi bekal penge­tahuan dan keterampilan sebatas sekedar tahu saja. Belum sampai kepada meletakan nilai-nilai wawasan sosial dan kemanu­siaan, serta penguasaan bekal hidup yang praktis atau mungkin karena sistem pendidikan yang diterapkan oleh guru kepada murid bersifat mengulang-ulang dan tidak ada, atau kurang, kreasi dalam mengembangkan pelajaran dan seni mengajarnya.
Ciri-ciri sistem pengajaran kuno atau konvensional sangat terlihat jelas dalam interaksi guru-murid di sekolah. Dianta­ranya adalah pendekatan yang masih bersifat otoriter, yaitu bersifat menguasai.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode atau pembelajaran  konvensional adalah metode dimana cara mengajar guru dalam melakukan penyaluran pengetahuan hanya menerangkan serta lebih mengutamakan hapalan daripada pengertian dan siswa mendengarkan atau mencatat apa yang disampaikan guru.Akibatnya,ilmu tidak terserap dengan maksimal dan siswa tidak aktif.
5.1.5        Kelebihan  dan Kekurangan Pendekatan Konvensional
            Kelebihan pendekatan konvensional atau tradisional menempatkan siswa hanya sebagai penerima. “Kemudian terjadi pembelajaran dengan subyek aktif.
Sedangkan, kekurangan pendekatan konvensional pada konteks pengetahuan, ilmu yang diberikan juga bersifat sudah baku. “Biasanya dituangkan dalam buku teks dan materinya hanya itu-itu saja. Metode pengajarannya hanya seputar listening atau mendengarkan, mencatat dan menghafal teks. Pada saat assessment atau penilaian biasanya hanya melalui ujian dengan soal pilihan ganda. Oleh karenanya, siswa tidak memiliki kebebasaan untuk menuangkan pikirannya terkait soal yang diberikan. Serta tidak ada metode penilaian yang lain”.
5.1.6 Pengertian Pemahaman Konsep
            Pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditujukan siswa dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur secara lues, akurat, efisien dan tepat.
Menurut Asikin(dalam http://muhfida.com/pemahaman-konsep/) ” Pemah man terhadap konsep dan struktur suatu materi menjadikan materi itu dipahami secara lebih komprehensif lain dari itu peserta didik lebih mudah mengingat materi itu apabila yang dipelajari merupakan pola yang berstruktur. Dengan memahami konsep dan struktur akan mempermudah terjadinya transfer. Dengan kata lain pemahaman konsep yaitu memahami sesuatu kemampuan mengerti, mengubah informasi ke dalam bentuk yang bermakna.”
Berdasarkan dari pengertian yang diperoleh diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa konsep adalah pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok objek berdasarkan kesamaan ciri-ciri umum.


5.1.7 Indikator Pemahaman Konsep
            Pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap konsep matematika menurut (National Council of teacher of Mathematics) NCTM (dalam http://file.upi.edu) dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam:  (1) Mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan; (2) Mengidentifikasi dan membuat contoh dan bukan contoh; (3) Menggunakan model, diagram dan simbol-simbol untuk merepresentasikan suatu konsep; (4) Mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk lainnya; (5) Mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep; (6) Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang menentukan suatu konsep; (7) Membandingkan dan membedakan konsep-konsep.
            Adapun Indikator yang menunjukkan pemahaman konsep adalah :
  1. Menyatakan ulang pemahaman konsep.
  2. Mengklasifikasi objek-objek menurut sikap tertentu (sesuai dengan konsepnya).
  3. Memberikan contoh dan non contoh dari konsep.
  4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika.
  5. Mengembangkan syarat perlu/ syarat cukup suatu konsep.
  6. Menggunakan, memanfaatkan dan memiliki prosedur atau operasi tertentu.
  7. Mengaplikasikan konsep (Algoritma Pemecahan Masalah).

5.1.8 Langkah-langkah model pembelajaran perolehan konsep
Menurut Hudojo (dalam http://muhfida.com/pemahaman-konsep/) langkah-langkah dalam menanamkan suatu konsep matematika berdasarkan penggabungan beberapa teori belajar Bruner antara lain teori konstruksi, teori notasi, teori kekontrasan dan variasi serta teori konektivitas adalah sebagai berikut:
  1. Pengajar memberikan pengalaman belajar berupa contoh-contoh yang berhubungan dengan suatu konsep matematika dari berbagai bentuk yang sesuai dengan struktur kognitif peserta didik.
  2. Peserta didik diberikan dua atau tiga contoh lagi dengan bentuk pertanyaan.
  3. Peserta didik diminta memberikan contoh-contoh sendiri tentang suatu konsep sehingga dapat diketahui apakah peserta didik sudah mengetahui dan memahami konsep tersebut.
  4. Peserta didik mencoba mendefinisikan konsep tersebut dengan bahasanya sendiri.
  5. Peserta didik diberikan lagi contoh mengenai konsep dan bukan konsep.
  6. Peserta didik diberikan drill untuk memperkuat konsep tersebut.
5.1.9  Pengertian Self-Esteem
            Istilah self-esteem diartikan pula sebagai kepercayaan diri atau keyakinan diri. Self-esteem berkaitan dengan perasaan bahwa kita pantas, layak, berharga, mampu dan berguna, tak peduli apapun yang telah terjadi dalam hidup kita, apa yang sedang terjadi atau apa yang bakal terjadi.
            Kamus Inggris-Indonesia yang di tulis oleh John M. Echols dan Hassan Shadily mengartikan kata “ Self “ sebagai diri dan “ Esteem “ sebagai penghargaan. Bila kedua kata ini di gabungkan akan mempunyai arti penghargaan diri, jadi sesungguhnya self-esteem ini adalah bagaimana kita menghargai diri kita sendiri.
Stuart dan Sundeen (1991) (dalam http://belajarpsikologi.com/pengertian-harga-diri/) mengatakan bahwa harga diri (self esteem) adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal dirinya. Dapat diartikan bahwa harga diri menggambarkan sejauhmana individu tersebut menilai dirinya sebagai orang yang memeiliki kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten.
Akhmad Sudrajad mengatakan bahwa pentingnya pemenuhan kebutuhan harga diri individu, khususnya pada kalangan remaja, terkait erat dengan dampak negatif jika mereka tidak memiliki harga diri yang mantap. Mereka akan mengalami kesulitan dalam menampilkan perilaku sosialnya, merasa inferior dan canggung. Namun apabila kebutuhan harga diri mereka dapat terpenuhi secara memadai, kemungkinan mereka akan memperoleh sukses dalam menampilkan perilaku sosialnya, tampil dengan kayakinan diri (self-confidence) dan merasa memiliki nilai dalam lingkungan sosialnya (dalam http//belajarpsikologi .com/faktor-yang-mempengaruhi-harga-diri/).
5.2.0 Aspek-Aspek Self-Esteem
            Reasoner (1982) (dalam http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSI KOL OGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/196211121986102-SETIAWATI/SELF-ESTEEM.pdf mengemukakan aspek-aspek harga diri sebagai berikut :
1) Sense of Securuty, yaitu sejauh mana anak merasa aman dalam bertingkah laku karena mengetahui apa yang diharapkan oleh orang lain dan tidak takut disalahkan. Anak merasa yakin atas apa yang dilakukannya sehingga merasa tidak cemas terhadap apa yang akan terjadi pada dirinya.
2)Sense of Identity, yaitu kesadaran anak tentang sejauh mana potensi,kemampuan dan keberartian tentang dirinya sendiri.
3)Sense of Belongeng, yaitu perasaan yang muncul karena anak merasa sebagai bagian dari kelompoknya, merasa dirinya penting dan dibutuhkan oleh orang lain, dan merasa dirinya dierima oleh kelompoknya
4)Sense of Purpose, yaitu keyakinan individu bahwa dirinya akan berhasil mencapai tujuan yang diinginkannya, merasa memiliki motivasi.
5)Sense of Personal Competence, yaitu kesadaran individu bahwa dia dapat mengatasi segala tantangan dan masalah yang dihadapi dengan kemampuan, usaha, serta caranya sendiri.

5.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan self-esteem
            Menurut Admin (dalam http://belajarpsikologi.com/faktor-yang-mempe ngaruhi-harga-diri/)Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yag tidak realistis. Sedangkan menurut Dariuszky (2004) yang menghambat perkembangan harga diri adalah : Perasaan takut , yaitu kekhawatiran atau ketakutan (fear).”
Dengan demikian tindakan-tindakannya menjadi tidak adekuat sebab diarahkan untuk kekurangan dirinya. Keadaan ini lama kelamaan tidak dapat dipertahankan lagi, yang akhirnya akan menimbulkan kecemasan, sehingga jelaslah bahwa keadaan ini akan berpengaruh pada perkembangan harga dirinya.
5.2 Kajian Terdahulu yang Relevan
            Penelitian-penelitian yang sudah dilakukan oleh Sari Pasti Aini (2009) dengan judul “Penerapan Pembelajaran Kontekstual untuk Mengatasi Miskonsepsi Siswa Terhadap Mata Pelajaran Matematika di SMP Negeri 18 Palembang penerapan pembelajaran kontekstual baik dan efektif dalam pembelajaran matematika.
Penelitian juga dilakukan Suis (2010) dengan judul “Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Contextual Teaching Learning Pada Materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linier Satu Variabel di SMP N 1 Banyuasin 1” bahwa setelah dilakukan pembelajaran dengan Contextual Teaching Learning,hasil belajar siswa meningkat dengan rata-rata 80,74%.
           
6. Anggapan Dasar
Menurut Prof.Dr.Winarno Surakhmad M.Sc.Ed (Arikunto,2002:58) anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik.
Dalam penelitian ini yang menjadi  anggapan dasar adalah Pendekatan Contextual Teaching Learning terhadap kemampuan pemahaman konsep dan self-Esteem untuk melatih siswa menemukan sesuatu dan memecahkan masalah yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh terhadap kemampuan pemahaman siswa dan sikap siswa terhadap matematika.


7. Hipotesis
            “Hipotesis adalah Asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya(Sudjana, 2005 : 219). Bertitik tolak dari pengertian hipotesis, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut :
  1. “Ada pengaruh positif pendekatan Contextual Teaching Learning Terhadap kemampuan pemahaman konsep siswa SMP N 15 Palembang.
  2. “Ada pengaruh positif pendekatan Contextual Teaching Learning Terhadap Self-Esteem siswa SMP N 15 Palembang.
8 Kriteria Pengujian Hipotesis
      Untuk pengujian maka diperlukan Hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha) Sebagai Berikut :
      Untuk hipotesis pertama :
      Tidak ada pengaruh positif pendekatan Contextual Teaching Learning terhadap kemampuan pema haman konsep siswa SMP N 15 Palembang.

       :  Ada pengaruh positif pendekatan Contextual TeachingLearning terhadap    kemampuan  pema haman konsep siswa SMP N 15 Palembang.

Untuk hipotesis kedua :
:  Tidak ada pengaruh positif pendekatan Contextual Teaching Learning terhadap Self  Esteem siswa SMP N 15 Palembang.
 :  Ada pengaruh positif pendekatan Contextual Teaching Lear ning terhadap Self Esteem  siswaSMP N 15 Palembang.
Pengujian yang digunakan adalah uji pihak kanan. Kriteria pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah terima Ho jika t t1 - dan tolak Ho jika t mempunyai harga – harga lain. Dengan derajat kebebasan untuk daftar distribusi t adalah ( n1 + n2  – 2 ) dengan peluang ( 1 - ). (Sudjana, 2005: 243).
9. Prosedur Penelitian
9.1  Variabel Penelitian
“Variabel adalah objek penelitan, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian ” (Arikunto, 2002:96).Sesuai dengan pengertian di atas, maka yang menjadi titik perhatian dalam penelitian ini adalah :
  1. Variabel bebas adalah suatu variabel yang variasinya mempengaruhi variabel lain.
      Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pendekatan Contextual Teaching Learning dan Pendekatan Konvensional.
  1. Variabel terikat adalah suatu variabel penelitian yang diukur untuk mengetahui besarnya efek atau pengaruh variabel lain.
 Variabel terikat dalam penelitian adalah Kemampuan pemahaman konsep dan Self-Esteem siswa.
9.2. Definisi Operasional Variabel
1.    Pendekatan Contextual Teaching Learning Menerapkan penilaian autentik melalui penerapan praktis dalam pemecahan masalah. Sedangkan Pendekatan Konvensional Penilaian hanya melalui kegiatan akademik berupa ujian/ulangan.
2.    Kemampuan Pemahaman Konsep diamati menggunakan Tes Pemahaman Konsep. Sedangkan Self-Esteem didapat melalui lembar observasi atau dapat diamati melalui lembar angket siswa.

9.3  Populasi dan Sampel
9.3.1 Populasi Penelitian
      “Populasi adalah keseluruhan objek penelitian ”(Arikunto,2002:108), sedangkan (Sudijono,2010:28) “Populasi adalah kumpulan dari seluruh elemen yang menjadi objek penelitian,tanpa perkecualian.”
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII.2 dan VIII.3 SMP Negeri  15 Palembang Tahun Pelajaran 2011/ 2012.


9.3.2 Sampel Penelitian
“Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti” (Arikunto, 2002:109). Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik simpel ramdom sampling (sampel acak). Maka diambil dua kelas sebagai sampel yaitu : kelas VIII.2 (kelas eksperimen) dan kelas VIII.3 (kelas kontrol).
9.4. Metode Penelitian
            “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya” (Arikunto, 2002:136).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. “Metode eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa mengganggu dan dilakukan untuk melihat akibat dari suatu perlakuan ” (Arikunto, 2002:3).
            Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua kelas berbeda yaitu kelas VIII.2 sebagai kelas eksperimen atau pelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching Learning dan kelas VIII.3 sebagai kelas kontrol atau pembelajaran konvensional di SMP N 15 Palembang.

9.5 Teknik Pengumpulan Data
            Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Tes dan Angket.
9.5.1 Tes
“Tes adaah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,pengetahuan intelegensi,kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok” (Arikunto,2002:127).
            Tes dilakukan untuk memperoleh data nilai dari hasil belajar siswa. pengumpulan data nilai dari hasil belajar siswa digunakan tes bentuk uraian untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep siswa.


9.5.2 Angket
            Angket adalah suatu alat pengumpul data berupa pertanyaan yang diajukan responden untuk mendapat jawaban (Depdikbud : 1975).
            Angket yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Skala Likert untuk mengukur Self Esteem siswa.
9.6 Teknik Uji Coba Instrument
9.6.1 Validitas
            Validitas adalah kevalidan sebuah alat evaluasi yang mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Cara yang dipakai untuk mencari koefisien validitas adalah dengan menggunakan rumus korelasi produk-moment memakai angka kasar (raw score), dengan rumus:
  (Erman, 2003: 113)
Kriterianya:
9.6.2 Reliabilitas
            “Reliabilitas adalah suatu ketetapan hasil tes atau dengan kata lain hasil tes tetap,tidak berubah-ubah dan dapat dipercaya”(Arikunto,2011:86).
Reliabilitas suatu alat ukur/alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten,ajeg). Hasil pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda dan tempat yang berbeda pula.Reliabilitas soal Uraian Rumus yang digunakan adalah Rumus Cronbach Alfa :
        (Erman, 2003: 113)

Keterangan:
            n   = Banyaknya butir soal
      = Jumlah Varians Setiap item
           St2  = Varians skor total
Dengan N = Banyaknya Peserta Tes
            Selanjutnya hasil tersebut diuji dengan uji t. Menentukan t hitung dengan mensubsitusikan  ke Rumus
            Menentukan signifikasi koefisien reliabilitas soal, criteria yang harus dipenuhi agar koefisien reliabilitas soal termasuk signifikasi jika t hit > t tab,
Dengan :  Untuk dk= N-2 dan taraf nyata 1 %
Kriterianya:



9.6.3 Daya Pembeda
            Daya pembeda dari sebutir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal mampu membedakan antara testi yang mengetahui jawaban dengan benar dengan testi yang tidak menjawab soal (testi menjawab salah).
Langkah-langkah untuk mengetahui Daya Pembeda
1. Urutkan skor siswa dari yang tertinggi hingga terendah.
2. Ambil sebanyak 27 % siswa yang skor tinggi, dan 27 % siswa yang skor rendah.
 Skor tinggi namanya kelompok atas.
 Skor rendah namanya kelompok bawah.
3. Menghitung nilai rataan masing-masing kelompok untuk masing-masing butir soal.
4. Menghitung daya pembeda setiap butir soal dengan rumus :
     (Depdiknas : 2003)
Dengan DP = Daya Pembeda
              = Nilai rataan Kelompok atas
             = Nilai Rataan Kelompok Bawah
             Xm = Nilai maksimum Setiap butir Soal
Dengan Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda :
     Sangat Jelek
  Jelek
   Cukup
   Baik
    Sangat Baik

9.6.4 Tingkat Kesukaran
            Tingkat Kesukaran butir soal menunjukkan sukar atau mudahnya butir soal yang digunakan. (Depdiknas : 2003). Tahap-tahap perhitungannya adalah sebagai berikut:
1. Menentukan nilai rataan setiap butir soal.
2. Menghitung tingkat kesukaran dengan rumus :
    (Depdiknas : 2003)
Dengan = Nilai rata-rata
              Xm = Nilai Maksimum Setiap butir Soal.
Dengan Klasifikasi interpretasi untuk Tingkat Kesukaran :
            Soal terlalu sukar
 Soal Sukar
 Soal Sedang
  Soal Mudah
             Soal terlalu mudah.
9.7  Teknik Analisis Data
Untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan dan untuk mendapatkan suatu kesimpulan maka hasil tes dianalisis dengan menggunakan uji t dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.      Menyusun data dalam tabel distribusi frekuensi
a. Menyusun rentang yaitu data terbesar – data terkecil
b. Menentukan banyaknya kelasdengan aturan sturgess, yaitu :
    Banyaknya kelas = 1 + 3,3 log n, dengan n= banyaknya data
c. Menentukan panjang kelas interval (P) dengan rumus :
    P =                     (Sudjana,2005:47)
d. Menentukan tabel distribusi frekuensi
2.      menghitung rata – rata simpangan baku dengan rumus :
Keterangan
= Nilai rata – rata hasil tes
 f    = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas interval
= Nilai varian
 = Tanda kelas interval
n    = Besarnya nilai
9.7.1. Uji Normalitas Data.
           
           
Keterangan :
Km            = Kemiringan kurva
           = Modus
              = Rata - rata
S                = Standar deviasi
b                = Batas bawah kelas, yaitu kelas interval dengan frekuensi terbanyak
p                = Panjang kelasdengan
              = Frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas interval dengan                     tanda kelas yang lebih kecil sebelum tanda kelas modal
             = Frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas interval dengan           tanda kelas yang lebih besar sebelum tanda kelas modal
Data dikatakan normal apabila harga kemencengan antara -1 dan +1 (-1
9.7.2. Uji Homogenitas
            Uji ini digunakan untuk melakukan pengujian kesamaan dua varian yang homogen atau tidak homogen.
Keterangan :
9.7.3. Uji Hipotesis
            Untuk menguji hipotesis data digunakan uji-t dengan taraf signifikan 5 % dan taraf kepercayaan 95 % maka digunakan persamaan rumus sebagai berikut :
          dengan         
Keterangan:
t    = Perbedaan rata-rata kedua sampel
= Nilai rata-rata hitung kelas eksperimen
= Nilai rata-rata hitung kelas control
 = Banyaknya data kelas eksperimen
= Banyaknya data kelas kontrol
= Simpangan baku kelas eksperimen (siswa yang diajar dengan pendekatan Contextual Teaching Learning)
= Simpangan baku kelas control (siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional)

9.8  Jadwal Kerja
TEKNIK ANALISIS DATA
Jadwal Kerja Pembuatan Proposal
Bulan I
Bulan II
Bulan III
a. Studi Literatur
b. Prosedur Penelitian















Seminar Proposal
















Perbaikan Proposal
















Pembuatan Instrumen Penelitian















Uji Coba Instrumen












































DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,Suharsimi.2002.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi V). Jakarta: Rineka Cipta.

------------------------.2011.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta:Bumi Aksara


Djamarah.1996. (download dari NCTM 2000), diakses 25 Maret 2012.

Endro.2007.http://www.wordpress.com/2007/08/01. Diakses 27 Maret 2012

Erman.2003.Evaluasi Pembelajaran Matematika.Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

Hudojo.2003. http://muhfida.com/pemahaman-konsep/. Diakses 3 April 2012


Rusman.2010. Model-Model Pembelajaran(Mengembangkan Profesionalisme Guru).Bandung:Rajawali Pers

Setiawati.2010.http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN  _BIMBINGAN/196211121986102-SETIAWATI/SELF ESTEEM.Diakses 27 Maret 2012

Sheila.2011.http://sheilajrina.wordpress.com/2011/11/19/pembelajarankontekstual-contextual-teaching-and-learning-ctl/.Diakses 3 April 2012


Sudijono.2010.Pengantar Statistik Pendidikan.Jakarta:Rajawali Pers

Sudjana. 2005. Metode Statistik. Bandung: Tarsito
Tim Penyusun.2011. Pedoman Penulisan Skripsi. Palembang: Universitas PGRI







Tidak ada komentar:

Posting Komentar